Selasa, 09 Desember 2008

LAMPAUI KEGELISAHAN DENGAN MENCARI KESADARAN DIRI

Krishna:
Kau tidak berperang untuk memperebutkan kekuasaan;
kau berperang demi keadilan, untuk menegakkan Kebajikan.
Janganlah kau melemah di saat yang menentukan ini.
Bangkitlah demi bangsa, negeri, dan Ibu Pertiwi.

Arjuna:
Dan, untuk itu aku harus memerangi keluarga sendiri?
Krishna, aku bingung, tunjukkan jalan kepadaku.

Krishna:
Kau berbicara seperti seorang bijak,
namun menangisi sesuatu yang tak patut kau tangisi.
Seorang bijak sadar bahwa kelahiran dan kematian,
dua-duanya tak langgeng.

Jiwa yang bersemayam dalam diri setiap insan,
sungguhnya tak pernah lahir dan tak pernah mati.
Badan yang mengalami kelahiran dan kematian
ibarat baju yang dapat kau tanggalkan sewaktu-waktu
dan menggantinya dengan yang baru.
Perubahan adalah Hukum Alam – tak patut kau tangisi.

Suka dan duka hanyalah perasaan sesaat,
disebabkan oleh panca-inderamu sendiri
ketika berhubungan dengan hal-hal di luar diri.
Lampauilah perasaan yang tak langgeng itu.

Temukan Kebenaran Mutlak
di balik segala pengalaman dan perasaan.
Kebenaran Abadi, Langgeng
dan Tak Termusnahkan.

Segala yang lain diluar-Nya
sesungguhnya tak ada – tak perlu kau risaukan.

Temukan Kebenaran Abadi Itu,
Dia Yang Tak Terbunuh dan Tak Membunuh.
Dia Yang Tak Pernah Lahir dan Tak pernah Mati.
Dia Yang Melampaui Segala dan Selalu Ada.

Kau akan menyatu dengan-Nya,
bila kau menemukan-Nya.
Karena, sesungguhnya Ialah yang bersemayam
di dalam dirimu, diriku, diri setiap insan.

Maka, saat itu pula kau akan terbebaskan
dari suka, duka, rasa gelisah dan bersalah.

Kebenaran Abadi Yang Meliputi Alam Semesta,
tak terbunuh oleh senjata seampuh apapun jua.
Tak terbakar oleh api, tak terlarutkan oleh air,
dan tidak menjadi kering karena angin.

Sementara itu, wujud-wujud yang terlihat olehmu
muncul dan lenyap secara bergantian.
“Keberadaan” muncul dari “Ketiadaan”
dan lenyap kembali dalam “Ketiadaan”.

Jiwa tak berubah dan tak pernah mati;
hanyalah badan yang terus-menerus
mengalami kelahiran dan kematian.
Apa yang harus kau tangisi?

Badanmu lahir dalam keluarga para Satria,
ia memiliki tugas untuk membela negara dan bangsa.
Bila kau melarikan diri dari tanggungjawabmu,
kelak sejarah akan menyebutmu pengecut.

Bila kau gugur di medan perang,
kau akan mati syuhda, namamu tercatat sebagai pahlawan.
Dan, bila kau menang, rakyat ikut merayakan
menangnya Kebajikan atas kebatilan

Sesungguhnya kau tak perlu memikirkan
kemenangan dan kekalahan.
Lakukan tugasmu dengan baik.
Berkaryalah demi kewajibanmu.

Janganlah membiarkan pikiranmu bercabang,
bulatkan tekadmu, dan dengan
keteguhan hati, tentukan sendiri
jalan apa yang terbaik bagi dirimu.

Berkaryalah demi tugas dan kewajiban,
bukan demi surga, apa lagi kenikmatan dunia.
Janganlah kau merisaukan hasil akhir,
tak perlu memikirkan kemenangan maupun kegagalan.

Dengan jiwa seimbang,
dan tak terikat pada pengalaman
suka maupun duka,
berkaryalah dengan penuh semangat!

Bebaskan pikiranmu dari pengaruh luar;
dari pendapat orang tentang dirimu,
dan apa yang kau lakukan.
Ikuti suara hatimu, nuranimu.

Arjuna:
Bagaimana Krishna,
bagaimana mendengarkan suara hati?

Krishna:
Bebas dari segala macam keinginan
dan pengaruh pikiran,
kau akan mendengarkan dengan jelas
suara hatimu – itulah Pencerahan!

Saat itu, kau tak tergoyahkan lagi
oleh pengalaman duka,
dan tidak pula mengejar pengalaman suka.
Rasa cemas dan amarah pun terlampaui seketika.

Krishna:
Ia yang tercerahkan tidak menjadi girang
karena memperoleh sesuatu;
tidak pula kecewa bila tidak memperolehnya.
Dirinya selalu puas, dalam segala keadaan.

Pengendalian Diri yang sampurna
membuatnya tidak terpengaruh oleh
pemicu-pemicu di luar.
Ia senantiasa sadar akan Jati-Dirinya.

Krishna:
Keterlibatan panca-indera dengan
pemicu-pemicu di luar
menimbulkan kerinduan,
kemudian muncul keinginan.

Dan, bila keinginan tak terpenuhi,
timbul rasa kecewa, amarah.
Manusia tak mampu lagi membedakan
tindakan yang tepat dari yang tidak tepat.

Krishna:
Seorang bijak yang tercerahkan
terkendali panca-inderanya,
maka ia dapat hidup di tengah keramaian dunia,
dan tak terpicu oleh hal-hal diluar diri.

Demikian dengan keseimbangan diri,
ia menggapai kesadaran yang lebih tinggi.
Jiwanya damai, dan ia pun
memperoleh Kebahagiaan Kekal Sejati.

Krishna:
Pengendalian Diri menjernihkan pandangan manusia,
ia menggapai kesempunaan hidup.
Saat ajal tiba, tak ada lagi kekhawatiran baginya,
ia menyatu kembali dengan Yang Maha Kuasa.

Panduan Guru dalam Menghilangkan Kemelekatan Dunia

Panduan Guru dalam Menghilangkan Kemelekatan Dunia

Tuhan berada di mana-mana, di dalam dan diluar dirimu. Rasa takutmu hanyalah membuktikan bila kau belum menyadari kehadirannya. Sadarilah.(SMS Wisdom, Anand Krishna)

Cara teratai menghilangkan debu kemelekatan pada dirinya

Bunga teratai tumbuh di lingkungan kotor berlumpur, walaupun demikian daunnya selalu bersih. Apabila datang butiran debu pada permukaan daunnya, maka teratai mengalirkan tetesan air hujan pada permukaan daunnya ke arah butiran debu tersebut, menghimpun seluruh debu, dan membawanya mengalir ke bawah hingga jatuh ke permukaan air. Pada akhirnya, daun pun kembali bersih tanpa noda.

Teratai memiliki perangkat khusus untuk membersihkan daunnya. Dalam membersihkan debu kotoran kemelekatan, teratai telah bertindak sesuai kodratnya. Kecerdasan teratai dalam hal tersebut bahkan mengungguli manusia. Debu selalu datang dan teratai selalu membersihkan daunnya sampai akhir hayatnya. Seandainya manusia dapat bercermin pada teratai……………….

Manusia yang sadar ingin menghilangkan kemelekatan pada dunia

Guru telah menjelaskan bahwa keterlibatan diri dengan obyek-obyek duniawi menyebabkan keterikatan, kemelekatan. Keterikatan membuahkan keinginan dan keinginan sering membuat penglihatan manusia menjadi kabur, dan akal sehatnya hilang. Saat ini manusia hampir selalu menjadi edan, gila pada dunia, dan apabila tidak ngedan, tidak bergilaria manusia tidak kebagian, demikian ungkapan Pujangga Ronggowarsito tentang keadaan zaman ini. Walaupun nasehat akhirnya: sebaik-baiknya yang gila tetap lebih baik yang sabar, sadar dan waspada.

Menjalani kehidupan berdasar pengetahuan saja tidak cukup. Apabila teratai menghilangkan debu kemelekatan sesuai dengan kodratnya, maka manusia memerlukan perjuangan berat untuk melepaskan kemelekatannya pada dunia. Diperlukan determination, kesungguhan untuk menghilangkan kemelekatan pada diri. Banyak orang yang paham bahayanya merokok bagi kesehatan, tetapi pengetahuan saja tidak cukup, harus ada perjuangan untuk menghentikannya. Sudah tahu penyakitnya karena makanan enak berlemak, tetapi tetap nekat makanan enak. Sudah tahu kelemahannya terhadap perempuan cantik yang memikat, tetapi tetap nekat berdekatan. Sudah paham pengambilan batu dan pasir di sungai dapat membahayakan jembatan dan bangunan air tetap juga dilaksanakan. Sudah paham penggundulan hutan menyebabkan banjir, tetap juga merambah hutan dijadikan permukiman dan pertanian. Sekedar pengetahuan saja tidak cukup.

Pikiran ditarik dengan kekuatan yang sangat besar oleh semua dorongan yang tidak disadari, naluri hawa nafsu, dan kemelekatan pada dunia lahiriah. Synap saraf ketergantungan di otak terhadap hal-hal yang enak, selalu meningkat, bertambah dosisnya. Manusia harus selalu waspada terhadap segala sesuatu yang nikmat bagi pikiran dan panca inderanya. Yang nikmat tersebut sering memabokkannya dan membuatnya menderita ketika kenikmatan tersebut tidak diperolehnya.

Banyak manusia yang paham adanya jiwa dan raga, tetapi dalam berdoa kepada Yang Maha Kuasa selalu urusan raga, urusan dunia yang didahulukannya. Dalam menghadapi dilema selalu keselamatan raga, kenikmatan dunia yang diutamakan. Keselamatan jiwa pun diartikan keselamatan nyawa yang berarti fisik, raga, padahal banyak tindakan yang dilakukan demi raga padahal tindakan tersebut mengotori jiwa mereka.

Ketakutan kehilangan nikmat dunia

Ketakutan mati dan ketakutan lain-lainnya adalah ketakutan kehilangan nikmat dunia. Dan dunia yang dimengertinya adalah dunia luar yang tidak pernah abadi. Manusia mencari kebahagiaan dan selalu mencarinya ke luar dan hal tersebut tidak pernah memuaskannya. Kebahagiaan ada di dalam diri. Bahagia di dalam akan memancar ke luar. Ketakutan terjadi karena kita kurang yakin pada Tuhan.

Bapak Anand Krishna berkata: Tuhan berada di mana-mana, di dalam dan diluar dirimu. Rasa takutmu hanyalah membuktikan bila kau belum menyadari kehadiran-Nya. Sadarilah!

Guru ingin melepaskan kita dari penjara dunia. Kita tidak suka akan kondisi di penjara saat ini. Dan kita ingin mengubahnya, tetapi kita tidak pernah sadar bahwa kita meninggalkan penjara yang lama dan masuk penjara yang baru. Sayang sekali keberadaan Guru yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesadaran hanya dimanfaatkan sebagai pengetahuan. Kadang hanya dijadikan bahan diskusi untuk menang dalam perdebatan tanpa kesadaran untuk merubah diri. Tepat sekali karikatur seorang teman yang menggambarkan seseorang yang masih berada dalam penjara dan cukup puas melihat foto Guru di luar terali. Dia merasa telah mencintai Gurunya. Guru datang bukan untuk menghibur kita yang berada dalam penjara dunia, Guru berusaha mengajak kita ke luar dari penjara dunia. Jangan sia-siakan rasa kasihnya!